Insentif |
Di perusahaan-perusahaan
Indonesia pun sudah mulai dikenal. Sebuah negara yang sedang pesat-pesatnya
menerapkan pola ini adalah Amerika. Tapi pemberian insentif harus didukung
perencanaan dan data yang kuat. Tanpa itu bisa jadi boomerang untuk perusahaan
itu sendiri. Pertanyaannya apakah perusahaan sahabat berbagi sudah memberlakukan
kebijakan tersebut?
Apakah Sahabat berbagi ingin tahu
hasilnya atas kebijakan tersebut? The Result
are very dramatic man !!! Ketika perusahaan Reebok International mencatat
rekor laba tertinggi di Tahun 1987, CEO perusahaan itu Paul Fireman (44 Tahun)
berhak atas bonus sebanyak US$15.066.700 (sekitar Rp.26,25 milyar). Ini
menempatkan Fireman sebagai salah satu eksekutif highest sallary di Amerika. Para pemilik saham tidak sedikit pun
melontarkan kata-kata protes tanda keberatan.
Itu wajar, karena setelah
mengeluarkan mega bonus itu pun, Reebok masih mengantongi laba yang mencuat 28%
dari modal. “Inilah impian seperti yang ditawarkan Amerika dan kapitalisme”. Kata Paul Fireman, seperti dikutip majalah Fortune. “Ketika saya berangkat dewasa, saya kira
impian semacam itu sudah tidak berlaku lagi, sudah tak tersisa. Dunia harus
tahu, hal itu ternyata masih mungkin terwujud” beliau menambahkan.
Daya pikat dari penerapan program
insentif baru tersebut erat kaitannya dengan keperluan meningkatkan daya saing.
Program-program tadi tidak hanya mendorong pekerja untuk lebih giat
berproduksi, tapi juga menekan tingkat kenaikan upah serta pembayaran lain yang
berhubungan dengan upah, dan memungkinkan biaya-biaya kompensasi untuk karyawan
naik-turun selaras dengan naik-turunnya dewi fortuna perusahaan.
Di Jepang, para pekerja rata-rata
menerima sekitar 25% pembayaran mereka dalam bentuk bonus-bonus yang fleksibel.
Di Amerika, rata-ratanya baru 1%. Ekonom dari MIT, Martin Weitzman, percaya
penerapan sistem pembayaran yang variabel secara nasional akan menekan tingkat
inflasi dan mengurangi pengangguran karena perusahaan akan cenderung
mempekerjakan lebih banyak orang dan lebih sedikit memberhentikan karyawan.
Beliau menganjurkan sistem pembayaran kompensasi yang luwes hingga mencakup 20%
dari total kompensasi yang diberikan kepada seluruh pekerja Amerika.
Need a strategy, guys !!!
Memberikan kontribusi pada
pertumbuhan yang luar biasa dari penerapan cara pengupahan yang bervariabel
adalah perusahaan-perusahaan Amerika di bidang jasa.
Biaya kompensasi untuk karyawan
pada perusahaan-perusahaan penyelenggara jasa dapat mencapai 60% sampai 70%
dari total anggaran operasi, kata Om Jerrold Bratkovitch dari Hay Group,
perusahaan konsultan penggajian yang juga dipakai oleh beberapa perusahaan besar
di Indonesia (terutama PMA Amerika).
Di antara yang menonjol dalam
pemakaian sistem kompensasi baru adalah rumah sakit-rumah sakit, perbankan, dan
perusahaan jasa yang bersifat padat karya. Banker Trust, contohnya, telah
mengurangi tingkat kenaikan gaji dan bersamaan dengan itu meningkatkan sistem
pemberian insentifnya.
Uncle Banker Trust (BT) menempuh cara itu untuk berkompetisi dengan
lembaga-lembaga yang penuh orang berbakat seperti Goldman Sachs and Salomon
Brothers, di mana pembagian bonus-bonus besar sudah sejak lama diterapkan dalam
cara kerja mereka.
So, Selamat berjuang sahabat, tetap berusaha dan lakukan yang
terbaik semoga sahabat berbagi mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. Salam
silaturahmi dan sukses selalu. Mksh
Sumber Data : Majalah Eksekutif
edisi Maret 1989.
0 komentar:
Posting Komentar